Apakah Whatsapp Termasuk Media Sosial

by faris on 05/27/2020

Beberapa waktu lalu jagat maya diramaikan oleh aksi seorang anggota polisi berinisial Bripda GAP yang viral di media sosial lantaran aksinya dalam mengokang senjata menuai perhatian publik. 

Kejadian ini berawal dari video aksi “kokang senjata” yang diunggah pada whatsapp stories pribadinya, lalu berbuntut panjang hingga diunggah oleh salah satu akun buzzer @kapansarjana di twitter. 

Dari situlah awal mula video aksi “kokang senjata” ini ramai menjadi perbincangan rakyat dunia maya. Kata kunci Bripda GAP juga sempat menjadi trending topic di media sosial berlambang kicauan burung tersebut. 

Kisah ini berlanjut ketika akhirnya pemeriksaan terhadap Bripda GAP pun dilakukan oleh Propam Polda Metro Jaya.

“Sudah diperiksa oleh Propam Polda Metro Jaya untuk klarifikasi,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri, Kombes Pol Ahmad Ramadhan saat dikonfirmasi oleh awak media, Kamis (14/5). 

Bukan hanya itu, akun twitter penyebar video tersebut pun turut dilaporkan oleh Bripda GAP ke Ditreskrimsus Polda Metro Jaya.

“Saat ini Bripda GAP telah melaporkan akun yang memviralkan tersebut kepada Reskrimsus PMJ,” kata Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan, Kamis (14/5).

Kombes Ahmad juga menjelaskan bahwa unggahan video Bripda GAP ke status whatsApp pribadinya hanyalah untuk bercanda tanpa mengirimkannya kepada siapapun. 

Disinilah diskusi menarik yang menjadi perdebatan netizen. Apakah whatsapp bukan media sosial sehingga alasan Bripda GAP di atas adalah alasan yang masuk akal?

 

Konsep Media Sosial 

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kietzmann dkk (2011) dari Simon Fraser University menjelaskan bahwa dilihat dari fungsinya, suatu aplikasi dapat digolongkan sebagai media sosial jika memiliki tujuh fungsi dasar diantaranya fungsi percakapan, kehadiran (presence), hubungan, identitas, kelompok, reputasi dan berbagi (sharing).

Setiap media sosial punya ciri khasnya masing-masing. Ada media sosial yang fokus untuk sharing dan presence, seperti snapchat. Ada media sosial yang punya semua dari ketujuh fitur di atas seperti facebook dan instagram. 

 

Lalu bagaimana dengan Whatsapp?

Dapat dikatakan bahwa Whatsapp memiliki ketujuh fungsi di atas. Dengan whatsapp seseorang dapat melakukan percakapan. Melalui aplikasi ini juga penggunanya dapat menunjukkan bahwa ia hadir (presencing) dengan status online atau offline pada halaman profilnya. 

Aplikasi ini juga dapat berfungsi sebagai wadah untuk membentuk komunikasi kelompok misalnya kelompok keluarga inti, keluarga besar, pertemanan atau pekerjaan.

Dari sisi fungsi hubungan tentu aplikasi ini mampu membentuk hubungan antara dua orang atau lebih selama orang-orang tersebut saling menyimpan nomor kontak masing-masing. 

Whatsapp juga mampu membentuk identitas seseorang melalui foto dan nama yang ditampilkan pada bagian profil. 

Jika dilihat dari fungsi berbagi (sharing), tentu aplikasi ini juga mampu menunjang aktivitas tersebut. Seseorang dapat berbagi informasi melalui whatsapp stories atau melalui jaringan komunikasi pribadi ataupun kelompok.

Informasi yang ia bagikan inipun berpengaruh terhadap reputasi yang ia bangun pada jaringan sosialnya di aplikasi whatsapp. 

Jika dilihat dari kemampuan whatsapp dalam menunjang fungsi-fungsi di atas, sudah barang tentu bahwa whatsapp juga merupakan salah satu dari sekian media sosial yang digunakan oleh publik di dunia maya. 

 

Pengaburan konteks

Apa yang salah bukan dengan mempermasalahkan apakah whatsapp merupakan media sosial atau tidak. Namun ada fungsi tersirat dari media sosial yang orang-orang tidak sadari yaitu pengaburan konteks (context collapse).

Dalam ilmu komunikasi, pengaburan konteks adalah suatu kondisi dimana audiens yang beragam di media sosial disederhanakan seakan-akan menjadi audiens yang seragam. 

Contohnya adalah pada aplikasi whatsapp. Jejaring sosial yang terbentuk pada aplikasi whatsapp seseorang bukanlah hanya kerabat dekat saja. Di sana juga terdapat jejaring teman dekat, teman jauh, keluarga dekat, keluarga besar, rekan kerja, klien, bos, kenalan, tetangga dan lain sebagainya.

Terkadang orang tidak sadar bahwa ketika ia membagikan informasi pada whatsapp stories, maka informasi ini akan terlihat kepada berbagai tipe orang-orang di atas. Mulai dari mereka yang berada pada lingkaran terdekat hingga mereka yang berada lingkaran terjauh sekalipun. 

Ini terjadi karena whatsapp stories memiliki fungsi tersirat tadi yaitu pengaburan konteks (context collapse).

Hal ini lah yang membuat konten atau informasi yang kita bagikan di media sosial khususnya whatsapp stories pada kasus kal ini, berpeluang untuk tersebar dan kemudian viral. 

Untuk kita, kita perlu sadar bahwa sesungguhnya saat kita membagikan informasi di media sosial, maka seyogyanya kita telah menerima bahwa informasi itu akan masuk ke ruang publik dan bukan lagi ruang privat atau pribadi. 

Sebenarnya whatsapp juga telah membuat fitur filterisasi terhadap status yang dibagikan di whatsapp stories, untuk mengantisipasi pengaburan konteks ini.

Namun, kita juga harus paham bahwa jika suatu isu telah masuk ke ruang publik, maka kekuatan publik lah yang bekerja. Entah nanti menjadi pembicaraan bagi netizen karena informasinya menarik atau justru tenggelam dan hilang dimakan waktu. 

Oleh karena itu, bijaklah dalam menggunakan media sosial, berpikirlah dahulu sebelum bertindak karena sekali informasi anda ada di sana, maka ia akan ada di sana selamanya. 

 

Reference

Brandtzaeg, P. B., & Lüders, M. (2018). Time Collapse in Social Media: Extending the Context Collapse. Social Media + Society, 4(1), 205630511876334. doi:10.1177/2056305118763349

Kietzmann, J. H., Hermkens, K., McCarthy, I. P., & Silvestre, B. S. (2011). Social media? Get serious! Understanding the functional building blocks of social media. Business Horizons, 54(3), 241–251. doi:10.1016/j.bushor.2011.01.005

No comments yet.

Write a comment: